Senin, April 19, 2010

Puding Cokelat cantik buatan Gadisku...

Duduk ditemani semilir angin di taman ini membuatku mengantuk. Rasanya ingin segera pulang dan tidur di kamar kosanku yang nyaman, namun ada ketenangan tersendiri yang kutunggu. Gadis itu datang dari kejauhan, semakin lama semakin dekat. Berlari membawa kisah-kisahnya yang akan segera tumpah kepadaku. Ada hal yang tampak berbeda darinya. Dia semakin besar dari yang kujumpai kemaren. "Kakak, kakak!"
Aku tersenyum membalas teriakannya. Kuulurkan tangan menangkap tubuhnya yang ringan.




"Aku tadi malam bermimpi..."
Sorak sorai anak-anak yang berlarian di taman ini menghentikan ucapannya. Dia memandangi mereka, kali ini dengan mata penuh makna.

"Aku melihat ibu disana, dia sedang tertidur. Namun aku melihat banyak orang mengelilinginya kak. Bisingnya mereka akan menganggu tidur ibuku, namun ibu tidak marah dan tidak terbangun. Gerumulan orang semakin banyak, membuat rumahku semakin sempit. Namun ada ruang lega antara aku dan ibu. Mereka semua tertunduk seakan-akan takut menatapku. Kucari sosok kakak laki-lakiku, namun dia tidak ada di ruangan itu. Entah kemana dia kak..."

Aku menelengkan kepalaku 45 derajat. Masih menunggunya.
"Orang-orang asing itu semakin berisik dengan dengungannya yang tak jelas. Aku menatap mereka marah kak., karena menganggu tidur ibuku. Aku berjalan mendekati ibu. Memastikan apakah dia tidur atau hanya menutup mata di tengah kebisingan ini. Saat itu aku benar-benar merindukannya. Ingin matanya menatapku, ingin dia mengulurkan tangannya untuk kucium.."

Aku menyunggingkan senyum membayangkannya. Teringat ibu yang sedang menungguku di tempatnya.
"Sebentar, kutatap tabung yang menggantung di sisi ibu. Kata kakak yang merawat ibu, tabung itu untuk membuat ibu menjadi sehat. Aku tidak mengerti mengapa mereka bilang begitu, karena yang kulihat malah di ujung selang tabung itu segumpal darah. Sepertinya mereka hanya melukai ibuku saja.."

Gadisku melepaskan tasnya. Dia mengeluarkan sebuah kotak makan dan menawarkan sepotong puding cokelat untukku. Aku meraih kotak itu. Darinya aku tahu itu puding yang pertama kali dia buat di sekolahnya. Aku mulai melahap puding cantik itu sambil mendengarkannya.
"Dalam mimpiku itu, aku menawarkan ibu sebuah puding cokelat. Namun dia bahkan tidak menyadari kedatanganku. Kuusik tangannya, dia diam saja. Kudekati wajahnya, dan kucium pipinya sama seperti yang biasanya kulakukan kak. Tapi dia sepertinya tertidur lelap sekali..."

Aku mulai merasa puding ini memberi sebuah sensasi aneh.
"Aku merasa ruangan itu mulai terasa dingin. Wajah ibuku tampak pucat karena kedinginan. Saat kupanggil ibu dengan suara lirih, saat itulah ayah datang meraihku dan aku terbangun..."

Aku tidak sanggup lagi melanjutkan suapan. Tanganku tergantung di udara, dan perutku merasa ada sensasi dingin.
Gadisku tetap melanjutkan suapannya, seakan-akan dia tidak sedang bercerita padaku. Taman mulai sepi dari hiruk pikuk anak-anak kecil. Menyisakan aku dan Gadisku...

Minggu, April 18, 2010

Airmataku jatuh...


Dia menungguku dengan tatapannya untuk membalas pesan smsku. Gadisku, tenang...aku takkan tidak mendengarkanmu.

Aku memasukkan hp ke dalam kantong jubah, dan mulai mendengarkannya lagi. Dia menatap tanah, lalu memutar-mutarkan kakinya membentuk sebuah gambaran yang tak jelas disana. Tak lama, karena setelah ia menghapus gambaran itu, dia menggeleng dan kembali menatapku.

"Kakak, maukah kakak berkenalan dengan kakak laki-lakiku? Dia begitu pendiam, tak pernah berbicara padaku. Aku ingin jika dia mengenal kakak, maka dia akan berubah dan menjadi sayang padaku."

Aku menghela nafas berat. Kuusap kepalanya yang ditutupi selembar kain itu.

"Jika aku sedih dan menangis di hadapannya, kakakku diam dan kemudian akan meninggalkanku. Dia takkan kembali ke rumah hingga jam tidur datang, bahkan kadang dia menginap di rumah temannya. Jika aku cerita padanya betapa sedihnya aku, dia diam saja. Aku seperti bicara sendiri kak, dia tidak menjawab, menggeleng atau mengangguk. Lama dia terdiam, hingga aku sadar bahwa dia sedang mendengarkan nyanyian dari radio, bukan mendengarkan keluhanku."

Aku mengambil tangannya dan kubawa ke pangkuanku. Baru aku sadari tangannya berkeringat.
"Jika aku butuh bantuannya, dia akan bilang dia sibuk dengan tugas-tugas sekolahnya, dan berkata 'menjadi mandirilah kamu, karena aku tidak akan selalu bisa untuk membantumu'. Padahal aku tahu, saat aku diganggu oleh tukang ojek yang menjahiliku, dia lewat dan tidak mengindahkan aku adiknya."

Aku mulai merasakan kemarahan pada orang yang sedang dia ceritakan itu, namun aku berusaha untuk tetap diam dan mendengarkan.
"Seminggu yang lalu aku sakit kak, tak bisa beranjak dari tempat tidurku. Aku lapar dan ingin makan, namun aku pusing jika berjalan. Kupanggil kakakku, ternyata dia sedang tidak di rumah. Aku tak kuat menahan lapar itu dan akupun tertidur. Aku terbangun oleh suara pintu rumah dibuka. Ternyata kakakku pulang. Dia masuk ke kamarku dan berkata 'sakitkah kamu dik?istirahatlah kalau begitu' dan dia keluar dari kamarku..."

Aku meremas tangannya, tak terbendung lagi perasaanku.
"Mungkin jika dia berkenalan denganmu kak, dia akan senang kepadamu, sama seperti aku. Mungkin dia akan bercerita juga padamu, dan kakak bisa katakan padanya betapa aku menyayanginya..."

Gadisku, aku tak sanggup berkata-kata. Aku hanya ingin memelukmu. Kuraih dia ke dalam pelukanku, dan dia tidak melawannya. Menangislah, aku tidak akan memarahimu. Namun hanya aku yang menitikkan airmata, sedangkan dia hanya diam dalam pelukanku.


Sabtu, April 17, 2010

gadis kecilku itu berkata padaku...


Sebuah kisah tentang gadis kecil yang merasa dirinya amat malang.

Dia mendatangiku dengan mata sedih dan penuh keputus-asaan. Dia berfikir aku dapat menjadi sahabatnya, yang mampu selalu mendengarkannya. Satu persatu ceritanya dicurahkan padaku. 

"Kaka, tadi di sekolah aku merasa tidak nyaman. Ibu guru masuk ke kelas sambil membawa sebuah formulir. Ibu guru bilang aku harus mengisinya dengan nama ayah, nama ibu dan pekerjaan ayah serta pekerjaan ibu. Aneh, aku merasa cemas kak, saat menerima kertas itu. Teman-temanku langsung menulis tanpa ragu, namun aku terhenti saat harus mengisi nama ibuku. Aku bingung kak, harus mengisi nama ibu yang mana? ibuku atau ibu tiriku? aku lalu menulis nama ibuku. Lalu aku kembali berhenti pada saat mengisi pekerjaan ibuku. Aku tidak berani, karena memang selama ini aku tidak pernah bilang pada teman-temanku bahwa ibuku yang sekarang bukan ibuku. Aku tak pernah cerita bahwa ibuku telah meninggal.."

Sampai disini, aku mulai tertunduk. Baru kudengar kata-kata itu dari gadis ini. Ternyata banyak yang tidak ia ceritakan. Dan kali ini dia mulai terbuka padaku.

"..aku kembali menghapus nama ibuku ka. Kuganti dengan nama ibu tiriku, namun aku lupa siapakah nama ibuku itu? Aku memang tak pernah tau. Kuhampiri ibu guruku dan bertanya, bolehkah formulir ini kubawa pulang dulu bu? aku ingin mengisinya di rumah saja..Ibu guru menatapku penuh pengertian dan akhirnya mengangguk."

Aku mendekati gadis itu dan memeluknya. Dia melepaskan pelukanku. Tampaknya kisah itu belum berakhir.

"Pada malam menginapku bersama teman-teman di sekolah, guru-guruku mengadakan 'malam renungan' kata mereka. Disana kami dikumpulkan di sebuah lapangan, lalu ada bapak ustadz yang membacakan doa-doa. Lampu dimatikan dan kami disuruh untuk memejamkan mata. ustad itu mulai berkata-kata. Dia berkata pada 1 ketika 'bagaimana kalau nanti dirimu nak, pulang dan disambut dengan iringan yasin dari rumahmu?..."

Aku menatapnya nanar. Rasanya aku mulai mengerti kemana arahnya.
"maka minta maaflah pada orang tuamu. Pada ibumu terutama nak, karena dia yang telah menjagamu..."

Aku tak sanggup mendengarnya.
"aku tidak bisa menangis kak, namun ada sebuah rasa sakit di dekat jantungku saat mendengar perkataan ustad itu. Aku heran, teman-temanku sesenggukan dengan tangisan mereka, diantara mereka bahkan ada yang memanggil mamanya dan ada juga yang mengigau 'tidak..tidak..'. Tapi tak ada satupun air mata yang keluar. Aku malah tertidur dengan rasa sakit yang semakin menusuk..."

Aku beruntung saat itu ada sms yang masuk ke hpku. Jadi aku punya kesempatan untuk menghapus air mata dan menguatkan kembali perasaanku untuk mendengarkannya. Aku tak mau dia merasa aku tidak cukup kuat untuk menampungnya, sehingga dia merasa putus asa dan tak ingin lagi bercerita padaku.

Gadisku, beri kaka sedikit waktu untuk kembali mendengarkanmu...


Kamis, April 15, 2010

kelar juga..

kelar juga ini urusan per-logo-an..fiuhh..alhamdulillah tetep mesti diucapin pertama kali..tinggal bannernya..
oya,lum juga cerita apa2 ya?hehehe..kepergian uni dari tim [masya allah...maap ya uni...>,<], dan nyalonin nama ade buat gantiin dia, bikin ade masuk ke suatu dunia yang udah dirasain duluan ma temen2 di SUKMI dulu..gapapa,terlambat bukan berarti gagal khan??tapi cukuplah, makin full kesibukan ade..[ngajinya ditunda ni ka iip, maap ya ka, ade g kesana-sana..]senin mpe kamis full di kampus, jumat mpe minggu bikin tugas+bersihin kamar yang aduuu dah ngalahin kapal pecah kali ya... humm..tapi ada cerita sdihnya ni, hari ni g bisa masuk kuliah, coz lagi terserang penyakit 'g enak badan'..kata dokternya ade mesti istirahat dulu,..hufh..harus tetep jaga keshatan, coz minggu depan dah mulai UTS-nya nie...SEMANGAT!!! oya, ntar klo dah jadi semuanya, dipublish ah..sapa taw g kepake ma media, tapi tetep bisa diliad byk orang,hehehe... hufh..semngat de, ini jalan menuju masa depan..Desain..desain..desain..db

Minggu, April 11, 2010

Memories..

Hmmm..teringat masa sma-ku (lah emang lu SMA ya de dulu??;P)
kangen pengen balik kesana lagi ,lengkap dengan semua hal-hal yang belum tentu bisa didapetin pas kita di luar..kapan lagi ya bisa ngerasain semua 'rasa' itu...
ini sekolahku lo...


Hmm..kangen dengan all about this school..tiba-tiba pengen masukin semua kenangan itu kesini...Gapapa ya...hehehehe..

'tangga bawah'





bertanya satu...


aku merasa tenang saat kau bawa aku menuju pulau cita-citaku dengan kapal semangat dan doa darimu.
aku mulai merasa tenang saat kau ternyata taw aku tidak senang dan ingin perhatianmu..
aku tidak tenang saat kau tak bersamaku,malah bersama mereka..
ketenangan itu terusik manakala kau tak tanyakan bagaimana keadaanku kalau aku tinggalkan dirimu.
aku tak tau apa kau lupa,
aku harap karena kau anggap aku dewasa..

rasa tenang hinggap saat kuutarakan bahwa aku keliru dan meminta maaf padamu,
tanpa kau tanyakan kau langsung membisiku bahwa kau memaafkan aku..
aku lapang,karena itu sama dengan merasa kau menerima aku baik atau buruk,
aku sesak,karena berfikir apakah kau tau apa alasanku.
aku memilih untuk lupakan dan hilangkan itu,
aku tenangkan pihakku dengan hati berontak,
karena apa yang kuutarakan tak sama dengan fikiranku..

aku hanya menyimpan harapan bahwa memang itulah yang terjadi.
hari ini aku bisa menangis menyesali.
bahwa aku dulu pernah berjanji padamu,
tidak akan mengecewakanmu,
dan akan mendapatkan apa yang aku inginkan.
tapi aku tak punya waktu lagi...

aku menangis,karena lega bahwa aku bisa untuk bermimpi.
mimpiku mengalir dengan sempurna,tanpa cacat.
semuanya terbayang dengan utuh. 
sekarang saat ku disini dan kau disana,aku rindu.
ingin bertemu lagi..luapkan semua..

aku takut jika kau datang lagi,malah tak ada waktu untukku.
aku akan menghampirimu, kemanapun asal kau yang suruh.
karena kadang jika aku datang,kau merasa terganggu.
aku sang penganggu kah??

salahku benar,benarku salah?


bodoh saat kupikir aku akan menjadi orang pentingmu,berbeda dengan para tamu2mu...
percuma saat kupikir aku akan berada tidak dalam buku agendamu,tapi di sudut depan hatimu...
aneh saat kuikuti kau,bukan sebagai ajudanmu,tapi sebagai orang dekatmu...
karena posisiku kau anggap sama dengan yang lain.

sayang aku tak pernah sadari itu...
aku tertutup dengan rasa sayang itu..
aku terkunci dalam rasa harap itu..
dan kuncinya pernah kutitipkan padamu..

dulu aku tak bisa menguasai diri saat 'nilai'ku dirasamu sama dengan mereka.
aku takut bagianku berkurang karenanya..
kucoba jauhi,tapi ingin itu menyerangku.
mencoba acuhkan apa katamu,walau itu merugikan untukku.

salah itu mengguncangku saat aku keliru,dan bertatapan denganmu.
kucoba halau semua pikiran melayang,karna kurasa kau bisa baca itu semua.
tanyaku..pernahkah terlintas dihatimu bahwa kenapa ada yang hilang?
kenapa tak seperti biasa?kenapa mulai jauh dan berubah?
kuharap itu ada.tapi kau tak tunjukkan padaku sayangnya..
aku jadi tidak tau.apakah benarku salah,atau salahku benar????