Minggu, April 18, 2010

Airmataku jatuh...


Dia menungguku dengan tatapannya untuk membalas pesan smsku. Gadisku, tenang...aku takkan tidak mendengarkanmu.

Aku memasukkan hp ke dalam kantong jubah, dan mulai mendengarkannya lagi. Dia menatap tanah, lalu memutar-mutarkan kakinya membentuk sebuah gambaran yang tak jelas disana. Tak lama, karena setelah ia menghapus gambaran itu, dia menggeleng dan kembali menatapku.

"Kakak, maukah kakak berkenalan dengan kakak laki-lakiku? Dia begitu pendiam, tak pernah berbicara padaku. Aku ingin jika dia mengenal kakak, maka dia akan berubah dan menjadi sayang padaku."

Aku menghela nafas berat. Kuusap kepalanya yang ditutupi selembar kain itu.

"Jika aku sedih dan menangis di hadapannya, kakakku diam dan kemudian akan meninggalkanku. Dia takkan kembali ke rumah hingga jam tidur datang, bahkan kadang dia menginap di rumah temannya. Jika aku cerita padanya betapa sedihnya aku, dia diam saja. Aku seperti bicara sendiri kak, dia tidak menjawab, menggeleng atau mengangguk. Lama dia terdiam, hingga aku sadar bahwa dia sedang mendengarkan nyanyian dari radio, bukan mendengarkan keluhanku."

Aku mengambil tangannya dan kubawa ke pangkuanku. Baru aku sadari tangannya berkeringat.
"Jika aku butuh bantuannya, dia akan bilang dia sibuk dengan tugas-tugas sekolahnya, dan berkata 'menjadi mandirilah kamu, karena aku tidak akan selalu bisa untuk membantumu'. Padahal aku tahu, saat aku diganggu oleh tukang ojek yang menjahiliku, dia lewat dan tidak mengindahkan aku adiknya."

Aku mulai merasakan kemarahan pada orang yang sedang dia ceritakan itu, namun aku berusaha untuk tetap diam dan mendengarkan.
"Seminggu yang lalu aku sakit kak, tak bisa beranjak dari tempat tidurku. Aku lapar dan ingin makan, namun aku pusing jika berjalan. Kupanggil kakakku, ternyata dia sedang tidak di rumah. Aku tak kuat menahan lapar itu dan akupun tertidur. Aku terbangun oleh suara pintu rumah dibuka. Ternyata kakakku pulang. Dia masuk ke kamarku dan berkata 'sakitkah kamu dik?istirahatlah kalau begitu' dan dia keluar dari kamarku..."

Aku meremas tangannya, tak terbendung lagi perasaanku.
"Mungkin jika dia berkenalan denganmu kak, dia akan senang kepadamu, sama seperti aku. Mungkin dia akan bercerita juga padamu, dan kakak bisa katakan padanya betapa aku menyayanginya..."

Gadisku, aku tak sanggup berkata-kata. Aku hanya ingin memelukmu. Kuraih dia ke dalam pelukanku, dan dia tidak melawannya. Menangislah, aku tidak akan memarahimu. Namun hanya aku yang menitikkan airmata, sedangkan dia hanya diam dalam pelukanku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar