“ I always want to be like her before I know that she is not
perfect anymore…” Tiva menutup buku harian keabuannya sambil menghela nafas
berat. Bunyi sreng-sreng-sreng, wajan dan penggorengan saling beradu menemani
mama yang sedang menyiapkan makan malam.
“ My act is over! This time to help mama before mama come
here and find that I have not worked on my paper at all...”
Gadis baru gede itu menata buku-bukunya yang sejak tadi berserakan
tanpa tersentuh di atas kasur. Buku-buku besar novel bercampur dengan fotocopi-an
buku bahan paper yang setelah 6 bulan terakhir belum ada perubahan berarti.
Tiva menghela nafas berat saat memikirkan nasib papernya yang berpacu dengan
tulisan cerita barunya.
“ At least, mom can’t distinguish which one my paper or my
writing on my untidy things. Hehehe.”
Dengan serampangan Tiva menutupi novel-novel barunya dengan
fotocopian itu. Tapi gerakan Tiva berhenti saat pandangannya menemukan sampul
surat berwarna putih. Yang membuat surat itu tampak mencolok adalah pada
stempel merah sebagai segel amplop tersebut. Dengan penasaran Tiva membolak-balik
surat itu.
“ Whose letter this? It seems like a letter from Harry
potter’s world. Let see…”
Tiva menerawang isi amplop itu di bawah penerangan sinar
matahari yang masuk lewat jendela kayu kamarnya.
“ Could this is money? Or a precious letter?” sambil
berguman dan melirik kiri-kanan, Tiva mulai berhati-hati membuka segel surat
tersebut.
* * *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar